Melanjutkan sebuah tulisan di tahun 2016 tentang Volunteer-ing dan beberapa cerita tentang menjadi relawan lainnya yang pernah saya tulis di sini dan di sini.
Saat itu seolah menjadi pintu saya untuk lebih banyak terpapar dengan dunia kerelawanan lainnya, terpapar dengan berbagai konsep bahwa kita semua harus me-level-up diri kita, to always be the better version of ourselves. Kalau dari sudut pandang agama juga bahwa menjadi seorang muslim itu harus produktif, kita dikasih segala kenikmatan di dunia, maka jangan dzolim sama kenikmatan tersebut. Gunakanlah segala kenikmatan yang Allah berikan untuk terus mengembangkan diri, memaksimalkan potensi yang Allah berikan kepada kita.
Dari 2016 hingga 2020, alhamdulillah bisa ikutan Kelas Inspirasi di Tangsel pertama kali yeay yang kemudian berlanjut jadi komunitas baru lagi bernama Inspirasa, dan bisa ikutan 'bergerak bersama berbagi selamanya' di Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) semenjak 2018. Selain itu sempat jalan-jalan juga ke ujung Kabupaten Tangerang bersama Kelas Inspirasi Tangerang dan jalan-jalan ke Nusa Penida bersama Kelas Inspirasi Bali 5!
Jadi, mari kita anggap ini pit stop dan melakukan refleksi terhadap motivasi selama ini. Apa sih, Fin motivasinya?
Setiap pembukaan pendaftaran untuk menjadi relawan, pertanyaan ini sudah dapat dipastikan akan menjadi bahan pertanyaan entah di essay, wawancara ataupun pas lagi sesi pertama bersama seluruh relawan.
Setidaknya ada 3 motivasi pribadi yang selalu jadi landasan, yaitu bermanfaat, lingkungan positif, dan belajar hal yang tidak bisa dipelajari di sekolah.
Salah satu tagline yang menjadi pegangan ku hingga saat ini adalah 'sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain'. Dalam banyak hal, kata 'bermanfaat' ini saya refleksikan sebagai bentuk tolong menolong dan ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan kerelawanan. Di setiap kegiatan kerelawanan, setiap peran itu pasti berharga dan penting, se-sederhana apapun tugasmu. Kenapa begitu? karna semua orang yang bekerja disini ngga dibayar, jadi segala pertolongan itu pasti diperlukan. Sesederhana menyumbangkan double tape ketika acara, atau membantu print materi buat hari H, dan masih banyak lagi hal-hal sederhana yang bisa dilakukan tapi insya Allah selalu bermanfaat buat keberjalanan acara. Ketika kita sadar bahwa peran kita itu penting di kegiatan tersebut, biasanya kita akan merasa lebih 'terikat'. Seperti dalam konsep employee engagement, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pentingnya memberitahu kepada karyawan bahwa perannya itu penting dan berdampak bagi kemajuan perusahaan.
Selain tentang kebermanfaatan, hal selanjutnya yang biasa saya utarakan ketika berbicara tentang motivasi adalah menjaga diri ini berada di lingkungan positif. Pastinya kita punya banyaak sekali waktu luang di peran utama kita sebagai mahasiswa atau pekerja. Nah, tinggal kita sendiri yang memilih mau mencari lingkungan untuk bergaul seperti apa, atau mau menghabiskan sisa waktu diluar pekerjaan rutin seperti apa. Sejujurnya memang ngga ada keharusan melakukan hal-hal produktif, sekali-kali boleh banget sih leyeh-leyeh, me time just dan ya ngga ngapa-ngapain apalagi kalau memang sehari-hari udah kerja full, weekend dan waktu luang pasti digunakan untuk quality time sama keluarga dan teman-teman. Kalau ternyata masih ada juga waktu luangnya, nah kayaknya ngga ada salahnya untuk cari lingkungan positif.
Menurutku pribadi, lingkungan positif itu lingkungan yang bisa membantu kita untuk level-up diri ini, bisa memberikan banyak insight positif. Walaupun tidak dapat dipungkiri ya, dalam sebuah komunitas ngga mungkin selalu positif dan indah, pasti akan menghadapi masa-masa capek, atau ketemu sama orang-orang yang ngga totalitas sedangkan kitanya totalitas, tapi pastinya ngga bisa menyalahkan mereka juga karena kita semua juga ngga dibayar, jadi ya kayaknya rasa tersebut sudah ada di dalam paket pengorbanan kita ketika menjadi relawan deh.
Dari lingkungan yang positif itulah kita bisa belajar banyak hal yang ngga bisa dipelajari di sekolah, dan mungkin ngga bisa didapatkan di kantor. Salah satunya adalah toleransi. Toleransi disini luas banget ya, tapi yang mau dibahas lebih ke toleransi ketika temanmu di kegiatan kerelawanan lagi hectic dengan main role dia sebagai karyawan sehingga tidak bisa membantu banyak dan ya pastinya ngga mungkin juga kita marah-marah atau menyalahkan dia, toh kita semua sama-sama ngga dibayar, jadi ngga ada yang bisa maksa juga kan hahaha. Walaupun balik lagi ke masalah tanggung jawab, hal ini yang paling diasah. Kalau di kantor, mau ngga mau harus bertanggung jawab, karna ya kalau kerja ngga bener nanti gaji dipotong atau ngga dapet insentif. Tapi kalau di kegiatan kerelawanan? Kalau ngga tanggung jawab atas tugas yang kita kerjakan? Hukuman yang kita terima pasti lebih ke sanksi sosial. Mungkin akan diomongin sama orang, atau ya dari sudut pandang agama pastinya dzolim sama temen-temen yang lain.
Kuncinya tetep di komunikasi ya. Ketika kita lagi sibuk dan ngga kepegang beberapa kerjaan di kegiatan kerelawanan, kita harus bilang, jangan ilang.......apalagi pas lagi sayang-sayangnya :(
Atau kalau memang lagi ngga bisa bantu banyak, ya ambil bagian yang emang kita bisa bantu, jangan ambil bagian yang kitanya setengah-setengah karna malah akan menyulitkan yang lain. Intinya, ambil bagian semampu kita. Ambil bagian dimana memang kita mampu dan mau, tidak atas paksaan siapapun.
Selain motivasi pribadi tersebut, tentunya ada motivasi lain seperti ikut bergotong royong untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik (terlalu normatif) tapi ya memang begitu adanya haha makanya saya pribadi selalu ambil bagian di kegiatan kerelawanan di bidang pendidikan, karna menurut saya pentingnya pendidikan itu harus bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain urgensi terhadap pendidikan, nikmatnya memiliki kesempatan untuk bisa belajar juga harus dirasakan oleh seluruh anak-anak di Indonesia. Siapa lagi yang akan membangun negara kita di masa mendatang kalau bukan anak-anak di masa sekarang?
Komentar