"Millenials often seem more interested in collecting experiences than in collecting investments"
Kalimat diatas diambil dari sebuah artikel keuangan berjudul 6 Money Management Mistakes Millenials Often Make.
Di awal tahun 2019 ini, saya pernah membuat postingan di IG story mengenai #2018bestnine, hasilnya memperlihatkan bahwa 7 dari 9 foto yang ada diambil saat saya lagi jalan-jalan di luar Jakarta, mulai dari yang terdekat di Bogor untuk sekedar staycation, Bandung untuk acara lamaran teman, naik Gunung Bromo low budget, ke Nusa Penida Bali saat lagi libur 17 Agustus, Aceh Barat Daya yang saya harus beli tiket dua kali karena sempat ketinggalan pesawat, dan girl's trip ke Singapore bersama kakak perempuan dan ibu saya. Semua jalan-jalan impulsif maupun terencana tersebut semata-mata demi mengumpulkan banyak pengalaman atau seperti kalimat diatas collecting experiences.
Kembali ke awal 2019, ketika saya membuat resolusi untuk tahun 2019 saya mulai sadar bahwa ternyata saya belum punya tabungan jangka panjang sama sekali, apalagi investasi. Sedangkan biaya pernikahan sudah menanti di depan mata, apalagi kelak setelah menikah akan mulai dihantui lagi dengan biaya melahirkan, tabungan anak sekolah, sampai tabungan anak menikah dan dana pensiun. Sepertinya tiba-tiba saya merasa tidak punya ilmu apa-apa terkait manajemen keuangan dan merasa butuh panduan.
Seperti yang ditulis oleh Maryalene LaPonsie pada artikel keuangan yang berjudul 6 Money Management Mistakes Millenials Often Make bahwa kesalahan pertama yang dibuat oleh millenials adalah misunderstanding money basics. Mungkin bukan kesalahpahaman, lebih tepat apabila kita mengartikannya ke arah kekurangan ilmu mengenai keuangan. Sejak SMA kelas XI, saya sudah tidak mendapatkan pelajaran ekonomi, apalagi akuntansi dan keuangan. Saya baru mendapatkan pelajaran yang 'berbau-bau' keuangan saat saya mengambil kuliah magister manajemen, bagaimana dengan millenial lainnya yang sampai sekarang tidak kuliah maupun kerja di bidang keuangan? Mereka harus berusaha sendiri untuk mencari tahu terkait pengelolaan keuangan itu seperti apa. Ada dua hal terkait pengelolaan keuangan yang sering salah arti atau bahkan terlewat untuk dipelajari, yaitu mengenai budgetting dan dana pensiun.
Pengelolaan keuangan akan bermula dari hal yang paling sederhana yaitu tentang penganggaran atau budgetting pengeluaran sehari-hari. Saya pribadi, apabila mendengar kata-kata budgetting seketika langsung terbayang bahwa pengeluaran saya harus ditekan sana-sini, padahal arti budgetting atau penganggaran sendiri adalah memastikan uang kita digunakan terlebih dahulu untuk hal-hal yang prioritas. Dengan didukung oleh era-digital, semua informasi maupun aplikasi mengenai pengelolaan keuangan dengan mudah bisa didapatkan. Saya pun pernah menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan, sebuah aplikasi sederhana yang dapat diunduh melalui playstore untuk melatih saya dalam mengelola keuangan setiap harinya. Aplikasi tersebut berbentuk catatan pengeluaran harian, yang kemudian di setiap akhir bulannya kita harus melakukan analisis pengeluaran setiap bulan, mana pos-pos yang terlalu bengkak sehingga di bulan selanjutnya perlu dilakukan penyesuasian agar pos-pos tabungan lain tidak terganggu.
Selain mengenai budgetting, hal yang sering terlewat untuk dipelajari oleh millenials terkait pengelolaan keuangan adalah memberikan pos tabungan untuk dana pensiun, saya pun juga belum pernah terpikirkan untuk membuat tabungan dana pensiun karena berpikir -seperti millenials lainnya- pensiun masih sangat lama, umur 30 saja belum. Padahal, ternyata setelah saya browsing, beberapa bank juga bahkan sudah menyediakan fasilitas tabungan dana pensiun, jadi mungkin bisa jadi pertimbangan juga nih untuk millenials agar bisa mandiri secara finansial hingga pensiun.
Maka, belajar dari pengalaman, saya -yang masih termasuk millenials- tentunya harus proaktif mencari perencanaan keuangan seperti apa yang sesuai dengan diri saya, sehingga pengelolaan keuangan bukan lagi menjadi hal yang menakutkan. Dua kata kunci yang harus dibangun oleh saya dan para millenials tentunya agar pengelolaan keuangannya berhasil adalah kontrol diri dan konsisten!
Kembali ke awal 2019, ketika saya membuat resolusi untuk tahun 2019 saya mulai sadar bahwa ternyata saya belum punya tabungan jangka panjang sama sekali, apalagi investasi. Sedangkan biaya pernikahan sudah menanti di depan mata, apalagi kelak setelah menikah akan mulai dihantui lagi dengan biaya melahirkan, tabungan anak sekolah, sampai tabungan anak menikah dan dana pensiun. Sepertinya tiba-tiba saya merasa tidak punya ilmu apa-apa terkait manajemen keuangan dan merasa butuh panduan.
Seperti yang ditulis oleh Maryalene LaPonsie pada artikel keuangan yang berjudul 6 Money Management Mistakes Millenials Often Make bahwa kesalahan pertama yang dibuat oleh millenials adalah misunderstanding money basics. Mungkin bukan kesalahpahaman, lebih tepat apabila kita mengartikannya ke arah kekurangan ilmu mengenai keuangan. Sejak SMA kelas XI, saya sudah tidak mendapatkan pelajaran ekonomi, apalagi akuntansi dan keuangan. Saya baru mendapatkan pelajaran yang 'berbau-bau' keuangan saat saya mengambil kuliah magister manajemen, bagaimana dengan millenial lainnya yang sampai sekarang tidak kuliah maupun kerja di bidang keuangan? Mereka harus berusaha sendiri untuk mencari tahu terkait pengelolaan keuangan itu seperti apa. Ada dua hal terkait pengelolaan keuangan yang sering salah arti atau bahkan terlewat untuk dipelajari, yaitu mengenai budgetting dan dana pensiun.
Pengelolaan keuangan akan bermula dari hal yang paling sederhana yaitu tentang penganggaran atau budgetting pengeluaran sehari-hari. Saya pribadi, apabila mendengar kata-kata budgetting seketika langsung terbayang bahwa pengeluaran saya harus ditekan sana-sini, padahal arti budgetting atau penganggaran sendiri adalah memastikan uang kita digunakan terlebih dahulu untuk hal-hal yang prioritas. Dengan didukung oleh era-digital, semua informasi maupun aplikasi mengenai pengelolaan keuangan dengan mudah bisa didapatkan. Saya pun pernah menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan, sebuah aplikasi sederhana yang dapat diunduh melalui playstore untuk melatih saya dalam mengelola keuangan setiap harinya. Aplikasi tersebut berbentuk catatan pengeluaran harian, yang kemudian di setiap akhir bulannya kita harus melakukan analisis pengeluaran setiap bulan, mana pos-pos yang terlalu bengkak sehingga di bulan selanjutnya perlu dilakukan penyesuasian agar pos-pos tabungan lain tidak terganggu.
Selain mengenai budgetting, hal yang sering terlewat untuk dipelajari oleh millenials terkait pengelolaan keuangan adalah memberikan pos tabungan untuk dana pensiun, saya pun juga belum pernah terpikirkan untuk membuat tabungan dana pensiun karena berpikir -seperti millenials lainnya- pensiun masih sangat lama, umur 30 saja belum. Padahal, ternyata setelah saya browsing, beberapa bank juga bahkan sudah menyediakan fasilitas tabungan dana pensiun, jadi mungkin bisa jadi pertimbangan juga nih untuk millenials agar bisa mandiri secara finansial hingga pensiun.
Maka, belajar dari pengalaman, saya -yang masih termasuk millenials- tentunya harus proaktif mencari perencanaan keuangan seperti apa yang sesuai dengan diri saya, sehingga pengelolaan keuangan bukan lagi menjadi hal yang menakutkan. Dua kata kunci yang harus dibangun oleh saya dan para millenials tentunya agar pengelolaan keuangannya berhasil adalah kontrol diri dan konsisten!
Komentar