Hari ini mendapat banyak inspirasi lagi untuk menulis setelah bertemu dengan teman yang sama-sama ikut seleksi menjadi Kakak SabangMerauke namun ternyata ia belum berjodoh menjadi Kakak SabangMerauke dan tadi ia meminta saya untuk bercerita bagaimana 'seru'nya menjadi kakak SabangMerauke :')
Dimulai dari mengikuti Orientasi Kakak SabangMerauke di Cibubur, saya merasa saya dibentuk menjadi seorang 'Kakak', saya diberikan materi mengenai psikologi remaja, saya diajari bagaimana kita harus mulai bersikap sebagai role model untuk adik-adik SabangMerauke yang akan datang nanti. Saat itu saya benar-benar merasa saya sedang dibentuk menjadi kakak yang sesungguhnya.
Tidak hanya saya, tapi ada beberapa kakak SabangMerauke lainnya yang merasa harus menerapkan apa yang mereka dapat di orientasi tersebut kepada adik mereka masing-masing, karena ironi sekali kita berusaha mati-matian menjadi 'Kakak yang sesungguhnya' untuk adik SabangMerauke namun tidak berjuang mati-matian untuk menjadi kakak yang sesungguhnya untuk adik kandung kita sendiri.
Berusaha menjadi kakak untuk adik yang kita baru bertemu pas sudah besar itu tentu tidak gampang, apalagi waktu ketemu awal Irga masih pendiem banget seperti yang saya ceritakan di post-an sebelumnya 'Semua Itu Butuh Proses'. Saya ingat bahwa anak SabangMerauke yang datang nanti mempunyai setumpuk check-list yang harus di penuhi sebelum mereka pulang, mereka akan ditanamkan berbagai hal selama program, dan tugas kakak adalah memastikan adik-adiknya menerima setiap materi tersebut dan yang pasti membuat adiknya senyaman mungkin selama program berlangsung.
Tugasnya memang berat karena ini tidak main-main. Jangan sampai 2 minggu program hanya seperti angin lalu, mereka pulang dan lupa dengan semua materi yang pernah diberikan. Maka, menjadi kakak SabangMerauke itu bukan cuma selama 2 minggu program, tapi seumur hidup. karena tidak ada istilahnya mantan kakak atau mantan adik, sekali menjadi kakak, maka seumur hidup akan menjadi kakak.
Komentar