Langsung ke konten utama

Surga yang Tak Dirindukan

Sudah lama tidak mereview novel, dan sudah lama juga tidak membaca novel karena tugas dan segala amanah yang menumpuk #berlebihan. Akhirnya menyelesaikan lagi satu buah novel, novel karangan Asma Nadia, sosok penulis yang saya kagumi tulisan-tulisannya sedari saya di sekolah menengah pertama. novel-novelnya dekat sekali dengan agama, novelnya santun, novelnya selalu mendidik pembacanya, dan pastinya selalu ada pesan-pesan moral dibaliknya. 

Seperti novel ini, yang baru saja saya selesaikan, yang membuat saya meneteskan air mata membacanya, padahal menikah saya belum, tapi saya perempuan, sedikit banyak bisa membayangkan rasanya seperti apa. 

mengenai poligami. 
saya sering medengar banyak pendapat yang kontroversial mengenai poligami, dan mayoritas dari kalangan perempuan pasti menolak untuk di-poligami karena melihat bahwa tidak akan ada manusia yang adil se-adil Nabi Muhammad SAW. ketika tidak bisa adil kenapa harus dilakukan?

mengenai novel ini, 
cerita singkatnya mengenai keluarga kecil nan bahagia, keluarga yang sangat harmonis dan dengan setting pernikahan antara ikhwan dan akhwat yang sempurna bagaikan cerita cerita dunia dongeng ketika sang pangeran berkuda putih bertemu dengan cinderellanya. indah sekali. 

Namun hanya Allah yang mengatur takdir manusia. sang suami dipertemukan pada kondisi dimana ia terpaksa melakukan sunnah nabi tersebut, poligami. dimana diceritakan bahwa sang suami tak pernah sekalipun berpikir untuk melakukan hal tersebut atas dasar ia telah memiliki seorang istri yang digambarkan sempurna, anak-anak yang cerdas, dan keluarga mereka yang harmonis. 

Perempuan kedua digambarkan adalah sesosok perempuan yang jauh dari agama, jauh dari kebahagiaan, dan terjadilah sebuah kecelakaan dimana kecelakaan inilah yang menuntun perempuan kedua ini kepada lembaran baru bersama pangerannya yang telah terlebih dahulu menjadi pangeran untuk perempuan pertamanya.....


dan ketika kedua perempuan bertemu.....
Mei rose : 
"sejak dulu kamu punya segalanya, Arini, orang tua, suami yang baik, anak-anak yang sehat, karier kepenulisan. segalanya. Sementara satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku hanya Pras! Dengan begitu banyak kebahagiaan, tidakkah seharusnya kamu bersyukur dan bisa sedikit bermurah hati?"

Arini terjebak pada lorong buntu. Kalimat mei rose barusan meluncur seperti ribuan anak panah yang menancapkan ujung-ujung lancipnya, tepat di bagian tubuhnya yang paling peka.

Syukur seorang perempuan, begitukah?

Komentar

Dokter C.I.N.T.A. mengatakan…
kalow sayah jadi ARINI, sayah kasih si PRAS GRATISAN ke MEI ROSE,,,
sudah CERAI, sayah GODA lagih PRAS nyah sampai ceraikan MEI ROSE,,,
gituh dunk, BALAS DENDAM CANTIK kan?
Anonim mengatakan…
Beberapa kisah yang menunjukkan bahwa Nabi hanyalah manusia biasa, terutama dalam hal rumah tangganya bersama para istri-istrinya.

Sebuah hadits dari shahabat Anas bin Malik,

tatkala Nabi sedang berada di salah satu rumah istri-istrinya. Suatu ketika salah seorang dari istri Nabi mengutus seseorang untuk memberikan piring yang berisi makanan kepada Nabi. Kemudian seorang istri Nabi memukul tangan utusan tersebut hingga terjatuhlah piring tersebut dan pecah. Nabi pun segera mengumpulkan pecahan piring tersebut, kemudian mengumpulkan makanan yang telah terjatuh dari piring tersebut. Nabi pun berkata, “Ibumu sedang cemburu.” Kemudian Nabi menahan utusan tersebut sampai menyerahkan piring baru yang ada di rumah istri beliau, sebagai pengganti piring yang telah pecah tadi, dan membereskan pecahan piring yang tadi. (HR. Al-Bukhari)

Beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di atas

Meskipun istri-istri Nabi adalah para ummahatul mukminin (ibunya orang-orang yang beriman), mereka tetaplah seorang manusia biasa yang punya rasa cemburu sepertinya cemburunya umumnya wanita.
Nabi tidaklah marah-marah ketika melihat istrinya menjatuhkan piring yang berisi makanan hingga pecah. Karena Nabi tahu bahwa istrinya melakukan hal yang demikian karena rasa cemburu. Begitulah seharusnya sikap seorang suami ketika menghadapi sikap istrinya yang sedang cemburu. Harap maklum kata orang.
Begitu tawadhu’nya sikap Nabi. Beliau langsung membereskan pecahan piring itu sendirian, padahal ada utusan di dekat beliau yang bisa dimintai tolong untuk membereskan pecangan piring tersebut.
Adanya kewajiban mengganti barang yang telah dirusak. Nabi mengganti piring yang pecah dengan piring milik istrinya yang memecahkan piring tersebut.

Kisah lain tentang kecemburuan Istri Nabi

Sebuah kisah lain sebagai penutup tulisan ini, suatu ketika ‘Aisyah berkata,

“Tidaklah aku lebih cemburu kepada istri-istri Nabi kecuali kepada Khadijah, meskipun aku belum pernah bertemu dengannya.” ‘Aisyah pun menceritakan ketika Nabi menyembelih seekor kambing, Nabi pun berkata, “Berikanlah sebagian sembelihan ini kepada teman-temannya Khadijah.” Maka aku pun kesal dan berkata, “Khadijah lagi!?” Nabi lalu menjawab, “Sesungguhnya aku diberikan anugerah yang lebih untuk mencintai Khadijah.” (HR. Muslim)

Beberapa faedah yang bisa kita petik dari kisah di atas

Kisah di atas menunjukkan betapa besarnya rasa cemburu ‘Aisyah kepada Khadijah, padahal ‘Aisyah belum pernah berjumpa dengan Khadijah. Hal ini menunjukkan kecemburuan adalah sikap yang wajar dalam sebuah rumah tangga. Hanya saja, bagaimana sikap tepat yang dilakukan seorang suami ketika melihat istrinya sedang dilanda kecemburuan.
Nabi masih menjaga hubungan baik dengan teman-temannya Khadijah dengan cara memberikan hadiah kepada mereka.
Meskipun Khadijah telah tiada, namun rasa cinta Nabi kepada Khadijah masih besar. Hal itu adalah anugerah yang Nabi miliki dalam mencintai Khadijah.

Postingan populer dari blog ini

Psikologi UNPAD

Yak! Alhamdulillah saya sudah kelas 3 SMA, dan sepertinya sudah saatnya buat mikirin lebih serius mau ke universitas mana nanti, dan mau jurusan apa nanti, dan mau kerja apa nanti -,- . sebenernya gue agak males mikirin ini (aduh hidup gue~~) tapi ini harus, masa iya gue hidup mau terombang ambing sama arus laut gitu aja? nggak kan, yaudah jadi hari ini gue baru mencari-cari tentang satu fakultas yang sebenarnya sangat amat saya minati dibanding pilihan (dari orang tua dan kerabat-kerabat beserta tante dan kakak) yang lain. Dan gue ketiklah di mbah google "Fakultas Psikologi UNPAD" yeah :)) dan bermunculan berbagai macam sumber, ya ada yang menarik tapi ada juga yang belom memuaskan hati gue. Ini intinya :

17 years of Love Song

Apa yang muncul di benak lo pas baca title itu ? hahhaa pasti sesuatu yang romantis deh #soktau hahhaa jadi sebenernya ini tuh judul novel, pengarangnya sama kayak pengarang Summer Breeze (pasti tau lah). sebenernya dari cover luarnya tuh udah keliatan sendu banget gitu, gue liat novel ini waktu di stand nya puspa swara di islamic book fair kemaren, akhirnya gue beli lah ini buku dan ternyataa.. jreeng jreeng jreeeng.... gue nangis baca buku nya. sedih banget asal lo tau, sebenernya nggak tebel bukunya, tapi entah kenapa kayaknya tuh panjang banget ceritanya, dan lama, dan gue sangat terbawa sama ceritanya, sedih banget, gue sampe nangis terus sampe keinget-inget sama novel ini, aduuh emang lebai banget, tapi ya itu lah haha. jadi sinopsisnya gini... --Ada seorang anak laki-laki, namanya Leo, dia pindah ke kampung sama ibunya dari Jakarta, soalnya Orang Tuanya abis bercerai dan dia ikut ibunya pulang ke kampung halamannya di purwakarta, ini ceritanya setting tahun 91-an . terusnya , di...

Zomato Gold yang Menyatukan Kita

Thanks you Zomato Gold, yeah.  Hari kamis 7 Februari 2019 kemarin, saya ada meeting volunteer bersama dengan komunitas lain. Ceritanya, kita mau sharing dan membicarakan peluang kolaborasi antar dua komunitas, dan ya siap berjejaring lah ya :3  Nah! Salah satu kesulitan dalam meeting-meeting after-office-hours ini adalah memilih tempat makan yang tidak terlalu bising dan ramai agar rapatnya tetap kondusif. Thanks to Zomato Gold, sehingga kita bisa menemukan resto menarique dan sepi! Ada namanya restoran Senyum Indonesia, pas di sebrang pintu east mall Grand Indonesia. Dari luar resto ini nampak sangat fancy dan sepi, asumsinya makanannya akan mahal jadinya sepi, apalagi dekat Grand Indonesia (masa iya ngga mahal?). Tapi pas masuk ternyata ambience nya enak bangeet, lampunya temaram, tempatnya sepi, dan pas buka buku menu wow harganya tidak terlalu mahal, masih standar lah sama cafe cafe di Jakarta, info lengkapnya bisa buka zomatonya sendiri kali ya haha.  Ja...