Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Mari Berbicara Tentang Ikhtiar

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti live instagram dari salah satu influencer dan designer muslimah bernama Ghaida Tsurayya, mungkin beberapa dari kalian sudah tahu bahwa Teh Ghaida ini adalah anak dari Aa Gym.  Dari acara chit-chat  yang berlangsung sekitar 30 menit itu, ada satu hal yang paling saya garis bawahi, yaitu Jangan Menuhankan Ikhtiar. Saya sempat merasa tertegun dan penasaran, apasih yang dimaksud dengan menuhankan ikhtiar? Karena saya sejujurnya seringkali berujar mengenai ikhtiar, setiap akan ujian saya selalu berusaha untuk ikhtiar semaksimal mungkin agar dapat dilihat dan diterima oleh Allah SWT, namun saya kemudian menjadi ragu jangan-jangan selama ini saya salah kaprah tentang ikhtiar itu sendiri. Tulisan kali ini terinspirasi dari blog ini  dan link video chit-chat Teh Ghaida dengan Aa gym disini Yang saya tangkap dari kedua sumber tersebut adalah, jangan sampai ketika kita sudah mati-matian ber ikhtiar kemudian ketika akhirnya kita mendapatkan

Hikmah dari Itikaf

Menurut saya pribadi, kegiatan itikaf pada bulan Ramadhan banyak manfaatnya, selain memperbanyak ibadah, kita juga bisa mengukur seberapa besar iman kita (mungkin). Ini yang sepertinya saya rasakan dan saya amati dari kegiatan itikaf ramadhan kemarin. Pengalaman yang saya dapat dari itikaf kemarin adalah bahwa ternyata memang iman saya masih jauh dari kata sempurna, yang selama ini saya kira baik baik saya tapi nyatanya saya tidak baik baik saja. Saya ingat betul ketika qiyammulail malam itu dipimpin oleh imam besar dari Palestina, suaranya bagus dan enak didengar. Suaranya seperti suara imam imam di Indonesia. Saya cukup mengikuti bacaan beliau, puncaknya terjadi ketika beliau membacakan doa qunut, beliau berdoa panjang sekali, dan saya yang sudah mulai lelah ini mulai terkantuk-kantuk mendengarkannya, tapi kemudian saya menjadi bangun kembali ketika mendengar sekeliling saya menangis............ Saat itu saya merasa menjadi orang yang paling merugi, disaat orang-orang menang

Itikaf di Masjid Baitul Ihsan (lagi)

Alhamdulillah setelah terakhir kali itikaf di Masjid Baitul Ihsan itu tahun 2009, dan pas banget juga waktu itu saya tulis ceritanya disini  , tahun 2018 ini berkesempatan lagi buat itikaf di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, di malam 24 dan 25 Ramadhan.  Persiapan? Pendaftaran Berbeda dari tahun tahun sebelumnya, kali ini itikaf di Masjid BI perlu daftar via online terlebih dahulu, kemana daftarnya? Kamu bisa langsung telepon ke sekertariat masjid BI di nomor telepon yang tertera di bawah ini, saya sarankan untuk telepon kesana jam 10an, karna kalau kepagian kasian mereka juga belom buka haha Selain persiapan pendaftaran, jangan lupa persiapkan juga barang-barang yang perlu dibawah, berhubung saya dan teman-teman hanya ambil yang 12 jam, jadi kita pada ngga bawa baju ganti, kira kira kita bawa ini aja : 1. Quran 2. Alat sholat 3. Sikat gigi dan cuci muka 4. Obat pribadi 5. Minum 6. Snack (kalau laper malem malem) Pas datang hari H, jangan lupa unt

Review Buku Pingkan Melipat Jarak

Finally selesai juga baca buku ini karena udah ada buku ketiganya dan ku penasaran baca buku ketiganya jadi buru buru baca buku keduanya ini, tadaaaa Review buku pertama nya ada disini yaaa. Kelanjutan ceritanya dimulai dari Sarwono yang ternyata sakitnya semakin parah dan masih dirawat di rumah sakit, sedangkan Pingkan yang diceritakan semakin 'gila' karena ketidakhadiran Sarwono di sekitarnya, dan menceritakan juga Katsuo yang ingin menolong Pingkan karena ia mencintai Pingkan dan ingin Pingkan tetap bersama Sarwono kelak.  Banyak adegan yang seolah olah hanya terjadi di pikiran dan angan angan Pingkan, Sarwono maupun Katsuo, sehingga cukup complicated juga bacanya (hahaha bukan penikmat sastra banget tapi ceritanya cukup menarik). Konflik yang terjadi dimulai dari sakit Sarwono yang semakin parah sehingga membuat Ia harus dirawat lama di Solo, dan Pingkan yang masih setia menunggu di Solo sedangkan Ia harus segera kembali ke Jakarta dan Kyoto untuk melan